Senin, 30 Mei 2022
Sabtu, 28 Mei 2022
Bencana Alam Letusan Gunung Api
Mitigasi Bencana Letusan Gunung Api
Gunung meletus adalah peristiwa yang bisa terjadi karena endapan magma didalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas dengan tekanan tinggi.
Material yang dikeluarkan saat letusan gunung berapi meliputi material padat, cair, dan gas. Letusan gunung berapi akan mengeluarkan material padatan berupa batuan dan mineral dari dalam Bumi. Hasil lainnya dari letusan gunung api adalah lava dan lahar. Lahar merupakan lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Selain itu, letusan gunung berapi juga menghasilkan gas beracun, yakni Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (SO2), dan Nitrogen dioksida (NO2). Selain material tersebut, letusan gunung berapi juga menghasilkan awan panas atau yang dikenal oleh masyarakat dengan nama “wedhus gembel”.
Awan panas merupakan hasil letusan seperti awan yang mengalir
bergulung. Awan panas terdiri atas batuan pijar, gas panas, serta material
lainnya. Awan panas memiliki suhu yang mencapai 700⁰C. Awan panas ini mengalir menuruni lereng gunung api dengan
kecepatan mencapai 200 km/ jam. Di sekitar gunung berapi juga terdapat beberapa
gejala atau fenomena yang biasa terjadi dalam aktivitas vulkanismenya, jika
Ananda bertempat tinggal di kawasan gunung api ananda harus mengetahui dan
memahami gejala-gejala agar terhindar dari resiko yang berbahaya. Gejala-gejala
vulkanisme berikut diantaranya adalah:
a. Fumarol:
adalah uap air yang keluar dari rekahan-rekahan bumi. Fumarol juga dapat diartikan
sebagai mata air panas yang terdapat di permukaan bumi.
b. Solfatar: adalah gas sulfur/belerang yang keluar dari dalam bumi.
Solfatar mudah dikenali karena baunya yang busuk seperti kentut dan jika dalam tingkat
konsentrasi tinggi dapat berbahaya bagi mahluk hidup.
c. Mofet: adalah gas asam arang (CO2) yang keluar dari kawasan gunung
api. Gas ini sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian jika dihirup manusia.
d. Geyser: adalah semburan air panas yang berasal dari dalam perut
bumi. Semburan tersebut diakibatkan oleh tekanan yang tinggi dibawah permukaan
bumi. Gejala ini termasuk berbahaya apabila kita berada didekatnya karena suhu
air panas yang tinggi serta tanahnya yang rapuh.
Tanggap hadapi bencana gunung berapi
Dampak Positif akibat letusan gunung berapi
Walaupun efek kerusakan akibat letusan gunung berapi sangat besar, namun letusan gunung berapi juga memberi dampak positif bagi kita. Tanah yang dilalui oleh material vulkanik gunung berapi dapat digunakan sebagai lahan pertanian. Akibat letusan gunung berapi, maka mineral yang berada dalam tanah akan keluar bersama lahar dingin dan material lainnya. Akibatnya, tanah yang dilalui lahar dingin atau material lainnya yang mengandung mineral tinggi akan menjadi tanah yang cukup subur secara alamiah.
Selain itu, letusan berdampak positif bagi bisnis dan perekonomian. Abu vulkanik hasil letusan gunung berapi dapat dimanfaatkan sebagai campuran adonan semen bahan bangunan. Selain itu, sisa-sisa letusan juga menghasilkan bahan tambang yang bernilai tinggi, seperti belerang, pualam, dan lain-lain. Bisnis pariwisata juga dapat berkembang pasca letusan gunung berapi. Daerah di sekitar gunung berapi pasca erupsi bisa dijadikan sebagai objek wisata yang menyajikan suasana khas erupsi gunung berapi. Dengan berkembangnya bisnis tersebut, lapangan pekerjaan juga semakin terbuka. Kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar gunung berapi juga meningkat.
Bencana Alam GEMPA BUMI
Mitigasi Bencana Gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran atau getar getar yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng umi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismograf. Moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude. kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan besar nya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa.
Bencana gempa bumi biasanya disertai dengan bencana lainnya. Jika berada di wilayah pantai. Ananda harus waspada pada gelombang Tsunami, jika berada di wilayah dekat bendungan, Ananda perlu waspada akan robohnya bendungan air yang bisa menimbulkan air bah, jika Ananda berada di wilayah tebing dan pegunungan maka harus waspada pada bahaya tanah longsor. Tindakan untuk mengurangi risiko kerusakan maupun korban jiwa dapat Ananda lakukan sebelum, saat, dan sesudah gempa berlangsung. Namun, hal yang terpenting adalah Ananda harus memerhatikan lingkungan tempat Anda berada. Dengan demikian, ketika terjadi gempa Ananda dapat mengetahui tempat yang paling aman untuk berlindung. Selain itu, untuk mengurangi risiko akibat dari gempa Bumi Ananda harus mempelajari beberapa keterampilan. Misalnya, belajar melakukan P3K dan menggunakan alat pemadam kebakaran. Anda juga sebaiknya menyimpan nomor darurat yang dapat dihubungi saat terjadi gempa, seperti ambulans, pemadam kebakaran, tim SAR, dan lain-lain. Secara garis besar tindakan tanggap sebelum terjadi gempa seperti diilustrasikan pada gambar.
Baca juga " Bencana Alam Letusan Gunung Berapi "
Sabtu, 21 Mei 2022
Materi IPA Bab. 11 Tentang Tata Surya Kelas 7 Semester 2 (bagian 2)
Gerhana Matahari
Gerhana matahari adalah peristiwa
alam yang terjadi akibat dari bayang-bayang bulan mengenai bumi, dimana cahaya
matahari yang menuju bumi pada siang hari terhalang oleh bulatan bulan.
Diameter bulan tidak lebih besar
dari diameter bumi, maka gerhana matahari hanya terjadi pada sebagian kecil
permukaan bumi dan berlangsung kurang lebih tujuh menit. Walaupun bulan
berukuran lebih kecil, bulan mampu menghalangi cahaya matahari karena bulan
lebih dekat dari bumi yaitu dengan jarak rata-rata 384.400 km. Sementara jarak
matahari ke bumi rata-rata 149.680.000 km.
Proses Terjadinya Gerhana
Terjadinya gerhana matahari
diawali dari tergelincirnya bayang-bayang bulan ke permukaan bumi karena bulan
menghalangi sinar matahari ke bumi. Kondisi ini terjadi jika matahari, bulan, dan
bumi berada dalam satu garis lurus serta bulan terletak di sekitar titik potong
antara bidang edar bulan yang mengelilingi bumi dan bidang edar bumi
mengelilingi matahari.
Penampakan gerhana yang
berubah-ubah antara Gerhana Matahari Cincin (GMC) atau Gerhana Matahari Total
(GMT) terjadi akibat perubahan ukuran piringan bulan dan matahari dari bumi.
Perubahan ukuran piringan bulan dan matahari itu terjadi akibat lintasan bumi
mengelilingi matahari dan lintasan bulan mengelilingi bumi yang sama-sama berbentuk
elips. Lintasan elips pulalah yang membuat jarak matahari, bumi, dan jarak
bulan-bumi berubah secara periodik.
Pada saat jarak matahari dan bumi
(aphelion) mencapai maksimum sejauh 152,1 juta kilometer, radius piringan
matahari berukuran 944 detik busur (1 detik busur = 1/3.600 derajat). Adapun
pada jarak terdekat bumi ke matahari (perihelion) sejauh 147,1 juta km dan
radius piringan matahari mencapai 976 detik busur. Sementara itu, jarak bulan
ke bumi pada titik terjauhnya (apogee) ada pada jarak 405.500 km yang memiliki
radius piringan bulan sebesar 882 detik busur. Adapun pada titik terdekatnya
antara bulan ke bumi sejauh 363.300 km, dan radius piringan bulan mencapai
1.006 detik busur.
Bayang-bayang bulan yang jatuh ke
permukaan bumi memiliki dua bagian, yaitu bayangan
inti (umbra) dan bayangan tambahan
(penumbra). Penduduk bumi yang dilintasi wilayah umbra tidak akan melihat
matahari karena seluruh sumber cahayanya ditutupi bulan. Adapun jika berada di
daerah yang dilalui penumbra, mereka masih dapat melihat sebagian sinar
matahari. Dalam Gerhana matahari cincin, ujung umbra atau bayang-bayang bulan
tidak mencapai permukaan bumi. Hanya perpanjangan umbra (antumbra atau
antiumbra) saja yang sampai ke bumi. Daerah yang dilalui antumbra itulah yang
akan melihat matahari seperti cincin bercahaya di langit.
Jenis Gerhana Matahari
Menurut buku Bumi Tempat Kita
Hidup Paket C Setara SMA terbitan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan
dan Kesetaraan Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2018, gerhana matahari dibagi ke dalam beberapa jenis yaitu:
1. Gerhana matahari total
Gerhana matahari
total terjadi apabila bulan menutupi sinar matahari secara menyeluruh. Gerhana
matahari total sangat berbahaya jika dilihat dengan mata telanjang, karena akan
merusak bola mata.
2. Gerhana matahari sebagian
Gerhana ini akan
terjadi apabila cahaya matahari yang menuju ke bumi ditutupi oleh bayangan
penumbra bulan. Saat gerhana ini berlangsung, akan tampak sebagian cakram
matahari akan ditutupi oleh sebagian cakram bulan.
3. Gerhana matahari cincin
Gerhana jenis
ini terjadi apabila bulatan bulan menutupi bagian dalam bulatan matahari,
dikarenakan posisi bulan terletak paling jauh dengan matahari. Artinya bulatan
bulan saat ini lebih kecil dari bulatan matahari.
4. Gerhana matahari hibrida
Gerhana hibrida
berasal dari gerhana matahari total dan gerhana matahari sebagian. Di sebagian
wilayah di bumi, akan tampak gerhana ini muncul sebagai gerhana matahari total,
sedangkan di wilayah lain akan tampak sebagai gerhana matahari sebagian.
Gerhana matahari memiliki pengaruh yang cukup
signifikan bagi mahkluk hidup baik itu manusia maupun hewan, yaitu:
1. 1. Pada
mata manusia Melihat secara langsung ke fotosfer matahari atau bagian cincin
terang dari matahari walaupun hanya dalam beberapa detik dapat mengakibatkan
kerusakan permanen retina mata. Hal ini terjadi akibat radiasi tinggi yang
dipancarkan dari fotosfer. Kerusakan yang ditimbulkan dapat mengakibatkan
kebutaan. Untuk mengamati gerhana matahari dibutuhkan pelindung mata khusus
atau menggunakan metode melihat secara tidak langsung. Kaca mata biasa tidak
aman untuk digunakan karena tidak menyaring radiasi inframerah yang dapat
merusak retina mata.
2. 2. Perkembangan
embrio ayam dalam mesin penetas telur Prinsip penetasan buatan adalah menjaga
suhu dan kelembaban udara dalam ruangan mesin penetas telur agar sesuai dengan
suhu dan kelembaban yang dibutuhkan pada tahap-tahap perkembangan embrio. Pada
saat terjadi gerhana matahari total, suhu dan tekanan udara akan berubah secara
tiba-tiba. Hal ini berpengaruh pada kelembaban dan kehidupan embrio, sehingga
tingkat penetasan telur akan menurun keberhasilannya.
3. 3. Pengaruh
terhadap plankton Gerhana matahari dapat menyebabkan terganggunya kehidupan
plankton karena terjadi penurunan intensitas cahaya dan lamanya penyinaran. Hal
ini dapat mempengaruhi terganggunya rantai makanan karena suplai makanan untuk
plankton berkurang, sehingga ikan-ikan akan berkurang jumlahnya di daerah yang
terkena gerhana.
4. 4. Pengaruh
terhadap alam Pengamatan terhadap medan gravitasi dan ketinggian menunjukkan
bahwa gerhana matahari mempengaruhi secara langsung kerak bumi yang dapat
menimbulkan pasang naik maksimum. Pasang naik maksimum ini menyebabkan
perubahan pada kerak bumi yang berpotensi menimbulkan gempa bumi.
5. 5. Pengaruh
terhadap binatang Bagi beberapa jenis burung, situasi gerhana merupakan malam
semu. Secara umum, burung di alam bebas lebih bereaksi terhadap peristiwa
gerhana daripada burung piaraan. Burung-burung cenderung menuju sarangnya pada
saat gerhana terjadi. Kemampuan mengarahkan diri pada burung pengembara jarak
jauh dapat berubah karena terjadi reduksi radiasi inframerah dan pancaran gelombang
radio sangat pendek akibat terhalangnya cahaya. Kera juga terkena dampak
gerhana matahari. Di India kera-kere tersebut akan menengadah ke barat dan
duduk dalam keaadan santai, seperti layaknya bila malam telah tiba.
Cara Aman Mengamati Gerhana Matahari
Dikutip
dari Antara, peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
menganjurkan untuk tidak mengamati gerhana matahari dengan mata telanjang. Hal
tersebut mereka sampaikan terkait dengan fenomena gerhana matahari cincin yang
bisa diamati di sejumlah daerah di Indonesia pada Desember 2019. “Tidak
disarankan dilihat dengan mata telanjang. Karena meskipun matahari tertutup
bulan saat itu cahayanya masih menyilaukan. Yang paling aman adalah menggunakan
kacamata matahari atau filter matahari,” kata peneliti LAPAN, Rhorom
Priyatikanto. Lebih lanjut, intensitas cahaya matahari yang sangat kuat pada
saat gerhana matahari cincin dapat merusak mata dan menyebabkan kebutaan. Oleh karena
itu, LAPAN menganjurkan penggunaan pelindung mata untuk menyaksikan fenomena
alam tersebut. Selain kacamata dengan filter matahari, kamera lubang jarum,
teropong atau teleskop, dan kamera DSLR dengan filter khusus matahari dapat
digunakan untuk mengamati gerhana matahari cincin. Menurut LAPAN, gerhana
matahari cincin saat itu bisa diamati di Padang Sidempuan, Sibolga, Siak, Duri,
Pulang Pedang, Pulau Bengkalis, Pulau Tebing Tinggi, Pulau Rangsang, Batam,
Tanjung Pinang, Singkawang, Makulit, Tanjung Selor, dan Berau.
Halaman 1 2